Wednesday, November 9, 2011

Did You Ever Love me? [Part III]

Title : did you ever love me part 3
Author : devIL'21
Cast : han hyo jin
Kim hyun jun
kim jae joong
PART III
"hyo jin?"
"ne?"
tiba-tiba, klakson mengageti kami dan mobil itu berjalan sejajar dengan kami.
siapa lagi ini!! selalu ada halangan
"chagiya.. waeyoo?" tanya seorang namja yang melongo dari jendela mobil.
jaejoong.
langkah kakiku langsung terhenti.
aku hanya melempar senyum pada jaejoong.
Jaejoong keluar dari mobil, lalu menghampiri kami.
"waeyoo?"tanyanya
"terkilir.."ucapnya lirih, mungkin ia merasa... Risih? Atau malu karena ada aku? Atau kesal karena ada aku?
Entah.. Aku tak bisa menebak perasaannya dari ucapannya.
Sekali lagi.. Mencoba mengembalikan semua..
Mengembalikannya menjadi milikku... Terhalang.
"ah? Gwenchanayoo?"tanyanya panik.
"biar aku saja hyung jun.."ucapnya mau menggendong hyo jin.
"ah? Aku tidak yakin kau kuat... Sebaiknya aku membawanya pulang.."
jaejoong tak menjawab.
Entahlah apa yang dipikirkannya. Aku mulai melangkah lagi.
"karena kita besok menikah sebaiknya kita ke dokter, untuk memeriksanya."
namja ini! Selalu mencoba apapun demi hyo jin tetap padanya.
"ottokhe, hyo jin?" tanyaku pada hyo jin.
Aku berharap ia menolaknya.
"baiklah.." jawabnya.
Sekali lagi, ia menghancurkan harapanku.
Tanpa pikir panjang aku membantu hyo jin masuk ke dalam mobil.
************
mobil itu melaju.
Jaejoong melambai, melempar senyum sambil berkutat dengan stir mobil. Sedangkan, hyo jin hanya menunduk.
Mungkin ia tak sanggup menatapku, atau takut aku akan membaca perasaannya.
Akhirnya mobil itu hilang diujung jalan.
Rintik-rintik air langit turun, membasahi setiap inci permukaan bumi.
Hatiku hancur.


************
=author's POV
TOK-TOK-TOK
"hyung jun?"
tak ada yang menjawab.
Dari tadi, hyo jin mengetuk pintu kamar hyung jun sambil berteriak - teriak memanggil hyung jun tapi tetap saja. Tidak ada yang menjawab dan membuka pintu untuknya.
Padahal ia ingin mengucapkan terima kasih dan memberikan semangkuk sup dari bibi park.
'ada apa dengannya?' gumam hyo jin. 'apa dia marah? Apa Dia sedih? Tapi, aaargh!! Dia sudah memiliki jae rii.. Untuk apa sedih!'
tak sengaja hyo jin mendorong pintu kamar apartemen hyung jun dan ternyata bergeser mundur.
'eh? Kenapa ia tidak menutup pintu?'
setengah canggung tapi aku terselimuti rasa penasaran. Akhirnya aku memberanikan masuk.
"Hyung jun?"
tak ada yang menjawab.
Saat itu juga hyo jin menangkap sosok namja yang terkulai lemas diatas sofa disamping pintu kamar hyung jun.
Namja itu dalam keadaan basah dan berposisi memunggungi.
Langkah kaki hyo jin semakin cepat kearah hyung jun.
"chagiya? Eh.. Hyung jun.. Gwenchanayoo?"
dia basah. Seluruh pakaiannya basah.
Ia tak menjawab.
Hyo jin memeriksa keningnya dengan punggung tangannya.
Panas.
Hyo jin terpaku sebentar.
'waeyoo?'hyo jin menyimpan pertanyaannya itu. Ia segera ke dapur.
Lalu kembali lagi ke sofa dengan air dingin. Ia mengambil handuk dan beberapa pakaian hyung jun dari kamarnya.
Ia mengganti baju namja itu, lalu mengompres kening namja itu.
Perlahan, ia mengusap setiap inci permukaan kulit wajah namja itu secara iba.
Setiap menitnya ia mengganti handuk dingin dari kening hyung jun.
Semakin lama, dini menyambut... Hyo jin mulai kelelahan. Sampai akhirnya ia tertidur disamping sofa itu.
************
hyung jun membuka mata perlahan, memijat pelipisnya karena masih ada sedikit sakit dikepalanya.
ia beranjak lalu duduk diatas sofa itu  dan seorang yeojha muncul dari kamar mandi kamarnya, dengan wajah sumringah, "gwenchanayoo?" 
'bukankah, hyo jin semalam yang menjagaku?'gumam hyung jun
hyung jun hanya mengangguk.
ia menghampiri hyung jun lalu memeriksa kening hyung jun.
"sudah lebih baik, semalam oppa panas sekali"tutur jae rii 
hyung jun hanya ber-oh .
di otaknya, hyung jun asik berpikir, 'yang kulihat semalam itu, hyo jin! bukan jae rii!'
"apa semalam kau menjagaku?"
jae rii mengangguk ragu
'mungkin.. aku terlalu menginginkannya hingga selalu terbayang tentangnya' 
"oppa mau sarapan?"
"ne.."
"semalam park ajumma memberikan semangkuk sup, aku baru memanaskannya untukmu"jae rii meletakkan mangkuk tersebut diatas meja tepat didepanku.
"kalau sudah selesai, kita siap-siap nanti kita datang ke gereja.."tutur jae rii, duduk disamping hyung jun.
************
=Hyung jun's POV
entah apa yang kupikirkan.
kakiku melangkah kearah kamar hyo jin, tanganku mengetuk pintu kamarnya.
beberapa saat kemudian, seorang yeojha muncul dihadapanku.
aku terperangah.
oh,, dia nae yeojha
yeojha itu terpaku memandangku lalu menunduk.
"hyo jin.. you looks so beautiful" tanpa komando dari otakku, mulutku mengucapkan apa yangmemang ingin kukatakan tanpa berpikir dulu.
"apa memang ini yang kau inginkan!"
tak ada jawaban darinya
"apakah harus begini, kisah cinta kita.. saling membohongi tentang perasaan yang mendegup dihatimu!"ucapku, setengah berteriak padanya.aku menekan dada kiriku diakhir kalimatku. ia hanya menunduk, tak membalas perkataanku.
"apa yang dilakukan jaejoong padamu, hingga kau mau berpaling dariku!" aku menarik napas pelan, "apa dia memaksamu?"
dia tetap diam, aku menggoncang tubuhnya dengan kedua tanganku di pundaknya.
"jawab dan tatap aku!"
ia masih menunduk dan tetesan air bening jatuh perlahan, mengalir lembut dipipinya.
aku mengankat dagunya hendak bisa menatapnya langsung tapi ia memejamkan matanya, seolah takut mendapatkan sorot mataku. "kau menghindariku.. takut kau akan menyesal, bukan?"
ia menggeleng cepat.
"HYO JIN!! TATAP AKU DAN JAWAB AKU!!" teriakku padanya
ia semakin larut menangis saat tepat didepan pintu kamarku,aku meraih tangannya kasar lalu menarik paksa ke arah kamarku
"ingat! kapan aku menyatakan cinta padamu! mengapa aku bisa jatuh cinta padamu! padahal kau yeoja terpabo yang pernah kutemui!"tuturku dengan setengah berteriak padanya.
"pertanyaan yang tak bisa kujawab dan masih membayangiku, kenapa aku bisa mencintaimu! pabonya aku!" aku merutuk kesal. "sampai saat ini pun, aku masih mencintai dan menyayangimu, walaupun kau telah menCAMPAKKANKU"
aku mencondongkan wajahku padanya, sehingga ia bisa merasakan hembusan nafasku.sedangkan ia menunduk dalam tangis.
Kami terdiam. Tak ada yang berbicara.
Hening.
Aku menghembuskan napas panjang.
"mungkin ini yang kau inginkan... Menjadi milik jaejoong... Tapi, aku benar-benar mencintaimu.. Menyayangimu.. Dan ku minta untuk terakhir kalinya agar kau jujur... Apa kau mencintaiku?"
aku menatap lurus padanya.
Ia mengangkat kepalanya, dan menghadap wajahku. Tapi, sorot matanya tak mengarah padaku.
"tidak"jawabnya singkat, terdengar berat, lirih dan bergetar.

=author's POV
hyung jun terkejut. Sorot mata hyung jun ingin menangkap sorot mata hyo jin, tapi ia tak sanggup.
"did you ever love me?" tanya hyung jun dengan wajah memelas dan penasaran.
Hyo jin diam sebentar, lalu menatap lurus ke arah sorot mata hyung jun.
Tatapannya tajam.
"never... Aku tak pernah mencintaimu.. Kau hanya sebagai pelampiasan... Bagiku! Aku hanya mencintai jaejoong. Aku tak pernah merasakan cinta selain cinta yang pernah jaejoong berikan padaku! Aku tetap mencintainyasampai saat ini! Dan aku tegaskan! I NEVER LOVE YOU!!"
hyo jin menghentikan ucapannya.
Hyung jun tak mampu menopang tubuhnya lewat kedua kakinya yang melemah. Sampai ia terduduk dihadapan hyo jin.
Degupan jantungnya melemah tapi berdetak sangat keras.
Persedian oksigen sudah habis dari atmosfer.
'inikah kisah cintaku? Aku hanya sebagai pelampiasan... Padahal aku mengharapkan kisah cinta yang indah,, diriku dicintai seorang yeojha dengan tulus.' gumam hyung jun.
"mianhae, hyung jun.. Aku harus pergi... Aku akan menikah dengan jaejoong... Dan berhentilah mengganggu hidupku. Mencoba merenggut cintaku... Karena cintaku seutuhnya hanya untuk jaejoong"sembur hyo jin, berdiri dihadapan hyung jun yang terduduk dihadapannya.
"baiklah... Mianhamnida atas kesalahan yang pernah kulakukan... Terutama tentang tingkahku ini,, dan gamsahamnida atas kebaikanmu selama ini, menemaniku" ucap hyung jun.
"ne.. Nado"ucap hyo jin, seperti menampangkan wajah angkuh tetapi ia benar-benar gelisah. "bye.. Hyung jun"
yeojha yeopo yang telah mengenakan gaun putih itu. Berjalan kearah kamarnya.
Dan itu terakhir hyung jun melihatnya. Setidaknya, itu yang diharapkannya.

************
Jae rii terperangah, ia berdiri terpaku di balik dinding. Setelah melihat kejadian yang menampar hatinya. Tak sepatah katapun yg terucap. Ia mulai menitikkan air mata dari pelupuk matanya.
'ya Tuhan.. Aku telah berdosa. Menyakiti sahabatku dan seorang namja yang terpaksa mencintaiku..'

************

hyo jin terduduk di tepian sofa. Menenggelamkan wajahnya dengan kedua tangannya, diantara sela jemarinya tetesan -tetesan bening mengalir lembut dan jatuh.
"ada apa, chagiya?"tanya seorang yeojha separuh baya.
"eobseo"jawab hyo jin diantara tangisannya
"gwenchanayoo?"tanya oemma hyo jin
hyo jin tak menjawab
"hyo jin.. Ada jae rii.." ucap lirih yeojha separuh baya itu dengan wajah khawatir dan tentunya penasaran. Ia berjalan kearah kamar hyo jin, membiarkan hyo jin bersama jae rii.
Jae rii muncul, dan menghampiri hyo jin ragu secara gontai.
Wajahnya tak bisa diartikan...
Hyo jin yang tadinya menunduk, lekas menyeka setiap tetesan air matanya yang membekas di pipinya. Kemudian ia mengangkat kepala dan melempar senyum pada jae rii.
"hai.. Jae rii!"
jae rii tersenyum paksa, tapi ada dari wajahnya tergambar wajah sedih.
Hyo jin tak terlalu memperhatikan wajah jae rii. Yang ada dibenaknya adalah,, berusaha untuk bisa setenang mungkin.. Menjalani apa harus dijalani setelah memilih jalan hidupnya sendiri.
"hyo jin..?"ucap jae rii lirih, ia tidak menatap mata hyo jin lekat begitu sebaliknya.
Jae rii tak sanggup menerima kenyataan... Bahwa ia telah menyakiti perasaan dan merusak hidup orang lain.
"uem?"
kedua bola mata yeojha itu memerah.
Jae rii memeluk tangan hyo jin erat.
"hyo jin.. Jeongmal mianhae.."ucap jae rii pada hyo jin sambil menangis tersedu. "aku.. Aku terlalu egois... Sampai kau mau melakukan semua ini untukku.. Mianhamnida.." jae rii merosot dari tempat duduknya sampai ia membungkuk dihadapan hyo jin. Keningnya menyentuh telapak kaki hyo jin.
"semua yang kulakukan bukan demimu..." hyo jin menghela napas, "apa yang bisa ku lakukan saat semua ini telah terjadi?" tutur hyo jin lirih dan dingin, menghiraukan perbuatan jae rii padanya.
Jae rii terdiam.
Ia tak pernah menyangka bahwa hyo jin akan mengatakan seperti itu.
"sudahlah... Aku telah memutuskan bagaimana kehidupanku selanjutnya... Yakni memaksa sebuah cinta untuk tumbuh dihatiku atas nama jaejoong.. Akan begitu semuanya akan baik-baik saja.. Walaupun aku yang harus berkorban... Ya'kan jae rii?!"
hyo jin menyeringai angkuh pada jae rii walaupun mereka tak saling menatap.
hyo jin beranjak dari duduknya lalu melangkah, menjauh dari jae rii.
Jae rii tercengang... Tak pernah terpikir seorang hyo jin akan bertindak seangkuh dan sedingin itu.
Ia mengangkat perlahan kepalanya dan berusaha menangkap sorot mata hyo jin.
"pergilah... Tunggu aku di gereja... Aku akan menjadi kakak iparmu.. Dan semua ini akan segera selesai"
jae rii terdiam dan tetap terisak pelan.
"mianhamnida... Hyo jin"
hyo jin tak menjawab... Ia melangkah keluar dan hilang dari balik pintu kamar apartemennya.
************
jaejoong berdiri disudut altar, menampangkan wajah khawatir.
Tak hentinya ia menatap kearah pintu utama gereja... Menanti tanda-tanda sang pengantin yeojha datang. Ponsel jaejoong berdering kencang dari kantung celana hitamnya.
Namja yang mengenakan jas hitam dengan setangkai bunga bertengger dikantung jasnya itu mengelik keypad ponselnya.
Ia menempelkan ponselnya pada daun telinganya.
"annyeong?... Mianhae, ini siapa?" jaejoong terdiam. Ia mengatup rapat mulutnya.
Tak ada yang memperhatikan tingkah jaejoong.
Yang benar saja, pernikahan ini hanya mengundang keluarga dan kerabat pengantin. Tapi, entahlah... Yang menghadirinya hanya keluarga dekat jaejoong dan kedua orang tua hyo jin.
Mungkin karena Pernikahan ini terlalu mendadak dan lagi, keluarga hyo jin, kurang merestui pernikahan hyo jin dan jaejoong... Karena perbuatan yang pernah jaejoong lakukan pada hyo jin dulu.
************
"mianhamnida hyo jin.. Jeongmal saranghaeyoo... I always love you, chagiya..." saat itu jaejoong menutup flap ponselnya.
Namja yang mengenakan baju dengan jas hitam itu melajukan mobil sport putihnya dengan serangkaian bunga bertengger di tiap sudut mobilnya.
************
'semuanya usai'gumam hyo jin.
Yeojha yang mengenakan gaun putih itu, duduk di tepi balkon dengan kursi coklat kayunya menghadap ke balkon kamar apartemen hyung jun.
Tatapannya kosong tapi tetap menatap ke arah balkon kamar hyung jun.
Entah apa yang dipikirkannya.
'aku telah salah memilih jalanku..'
ia bertopang dagu.
'ini.. Ini semua kesalahanku'
"hyo jin.." seorang yeojha separuh baya menghampirinya dengan wajah muram.
Yeojha itu menyentuh pelan pundak hyo jin dengan keraguan dan kekhawatiran.
"bukankah oemma pernah mengatakan padamu... Namja itu.. Namja yang tidak tahu malu... Tapi, kau tetap saja memilihnya"
yeojha separuh baya itu berdiri sejajar dengan hyo jin. "ku kira kau mendapatkan namja yang lebih baik daripadanya, tapi.. Kau telah mengecawakan appa dan oemmamu" tutur oemma hyo jin.
"mianhamnida... Oemma... Aku memang mendapatkan namja yang lebih baik daripadanya, tapi.. Tapi aku baru mencampakkannya"
oemma hyo jin tak menjawab. Ia berbalik meninggalkan hyo jin.
"oemma pulang dulu... Jagalah dirimu.."
yeojha itupun sudah menghilang.
Tiba-tiba seorang yeojha kecil menghampiri hyo jin dengan seringai ceria.
"unni! Neomu yeoppo! You looks so beautiful!"
hyo jin menyeringai bahagia tapi terpaksa pada bocah itu, "ne.. You too, chagiya.."
"unni... Katanya mau menikah! Unni... Yang namja mana?"
kali ini, hyo jin mengacak rambut bocah itu, "ne.. Tapi, besok... Pernikahannya ditunda, chagiya.." hyo jin mengecup pipi saeng-nya itu. "kalau kamu nanti menikah... Kamu juga akan secantik unni... Mungkin lebih cantik"
semburat merah muncul di kedua pipi bocah itu. Bocah itu menyeringai senang.
************
hanya hyo jin sendiri dikamarnya.
Beberapa saat yang lalu, oemma, appa, dan saengnya pulang.
Hyo jin terpaku di atas tepian ranjangnya.
Diatas ranjangnya terpapar gaun putih pengantinnya.
Wajahnya tenggelam di kedua tangannya.
Ia diam, tapi tetesan demi tetesan air matanya menetes diantara sela jemarinya.
************
sudah lama,, tepatnya dua minggu hyo jin tak pernah bertemu lagi dengan hyung jun.
Walaupun kamar apartemennya bersebelahan, tapi, tetap saja... Ia tak pernah bertemu dengan namja yang pernah dan tentunya masih mengisi hati hyo jin.
Hyo jin tak pernah mencoba untuk menemukannya padahal hyo jin ingin mengungkapkan bahwa ia masih mencintai namja itu dan mengembalikan semuanya seperti pada awalnya -sebelum jaejoong muncul untuk kedua kalinya dalam kisah cintanya-
Hyo jin merasa terlalu 'lucu' untuk bertemu dengannya. Apalagi, karena pernikahannya yang tak jadi karena,, jaejoong mencampakkannya.
Begitu sakit hatinya, saat mengetahui jaejoong yang masih mencintai yeojha lain ingin menikah pada hyo jin sebagai pelampiasannya.
Hampir persis dengan cara hyo jin. Tapi bedanya, hyo jin mencintai hyung jun walaupun ia mencampakkannya dan itu karena terpaksa.
Hati Hyo jin benar-benar terluka.
Baru saja ia melakukan kesalahan besar, kini ia juga harus menerima kenyataan yang sebenarnya.
Terlalu 'indah' untuk ia bisa menerima dan menjalani hidupnya.
Jae rii?
Ia terlalu malu bertatap muka dengan hyo jin lagi, apalagi mengucap maaf untuk kesekian kalinya atas tingkah oppanya yang menyakiti hati hyo jin untuk kedua kalinya.
************
"huuueft..." hyo jin menghempaskan tubuhnya pada ranjangnya yang empuk.
Ia masih terbayang pada wajah hyung jun. Bagaimana ia tertawa bersama, saling melempar canda, berbagi keluhan... Semua yang mereka jalani bersama, hyo jin merindukannya.
************
TOK TOK
seorang yeojha manis berdiri dihadapan pintu kamar hyo jin.
Beberapa saat kemudian, hyo jin muncul dari balik pintu kamarnya.
"annyeong?" hyo jin menyapa yeojha itu
"annyeong.." yeojha yang terlihat lebih muda darinya itu menunduk, "apa kau han hyo jin?" tanyanya.
Yeojha itu berucap lagak bukan orang korea yang pintar berbahasa korea. Tapi, wajahnya memang orang korea.
"ne.. Ada apa?"
yeojha itu menyeringai perlahan.
"aku hanya mengantarkan ini.."yeojha itu mengulurkan sepucuk surat pada hyo jin
"apa ini?" hyo jin meraihnya lalu membolak-balikkan surat itu.
"itu surat:." yeojha itu tersenyum.
Hyo jin menyeringai ragu tapi ia merasa akrab dengan yeojha itu. Terutama wajahnya.
"maksudku... Hm.. Kau siapa? Surat ini dari siapa?"
yeojha itu menunduk sekali lalu mengatakan, "aku rey-na,, bacalah dan kau akan tau nantinya... Yang jelas, penulisnya bilang padaku... Kau tidak usah mencarinya,, aku hanya mengatakan apa yang dia minta walaupun... Kau tidak akan mencarinya." yeojha itu tersenyum ragu, sambil menatap lekat pada hyo jin yang ada di hadapannya. "penulis surat itu sudah tiada... Tapi,, ya.." yeojha itu ragu, "ya... Hanya itu yang dia sampaikan untuk aku sampaikan pada unni" yeojha itu berkata lirih, "Aku mau pergi dulu... Annyeong" yeojha itupun lekas pergi dari hadapan hyo jin yang tercengang atas ucapan yeojha yang bernama rey-na itu.
Hyo jin berpikir keras. Pikirannya memberontak. Dia memikirkan siapa yang penulis surat itu, tapi disisi lain.. Dia berpikir, apa maksud dari yeojha itu'dia sudah tiada?'.
Hyo jin melangkah gontai kearah sofanya setelah menutup pintu kamarnya.
Dalam genggamannya, surat itu tercengkeram erat dengan tatapannya habis untuk memandangi tiap sisi surat itu.
************
Goresan tinta hitam mewujudkansusunan kata... ungkapan dari si penulis...
Tiap kata yang memberi berbagai perasaan yang bergejolak.
Ada kalanya,, hyo jin membacanya sedih... Bahagia... Kesal...
Saat membacapun, tetesan - tetesan bening mengalir lembut diatas kedua pipinya dari pelupuk matanya.
Saat ia merasa sedih, ia semakin larut dalam kesedihan... Saat bahagia, ia menyungging senyuman simpul walaupun air matanya mengalir lembut.
Lembar surat itupun basah atas air matanya.
Tapi, dari semua itu... Saat ia selesai membacanya... Dalam benaknya menjerit, 'apa maksud dari yeojha itu? Apa.. Apa..' hyo jin menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Lalu tangan kirinya beralih membungkam mulutnya sendiri. Saat itupun, ia semakin larut bersedih, mengutuk dirinya sendiri.
"hyuuuung juun!!!"jae rii berteriak, walaupun terdengar samar karena ia membukam mulutnya sendiri.
Dalam isak tangisnya, ia tetap menyebut-nyebut nama namja yang ia cintai itu.
Hatinya terluka.
Hatinya perih.
Terasa pedih lagi, saat ia membayangkan wajah hyung jun yang tersenyum manis apalagi dengan foto yang ada di dalam surat itu.
Itu photo hyung jun dengan dirinya.
Ia semakin larut,, terisak... Menangis tersedu.
Dlam pikirannya, hanya terpikir... 'hyung jun telah tiada' sesuai ucapan yeojha itu dan surat itu.
Tapi,, dalam ulu hati hyo jin, cintanya pda hyung jun terbatas.
Namun, apa daya.. Sang namja... Entah dimana... Apa mungkin di surga?
Kepedihan hatinya, hanya bisa ia lampiaskan lewat jeritan dan tangisan sedu yang menjadi-jadi.
Dalam surat itu.. Ungkapan selamat atas pernikahannya, permintaan maaf darinya, ucapan terima kasih atas semuanya... Terutama, atas semua yang mereka -hyo jin dan hyung jun- lalui bersama... Mengisahkan tentang cinta kasih mereka lewat kisah kupu-kupu dan kucing yang pernah ia -hyung jun- ceritakan padanya.
#cerita kupu - kupu dan kucing adalah cerita tentang kisah cinta hyung jun dan hyo jin yang hanya diubah dengan nama karakter dan situasinya. Tapi, alurnya disamakan dengan kisah cinta mereka.
Kisah itulah yang membuat hyo jin semakin larut bersedih walau ada sedikit jeritan lucu dalam benaknya.
************
seorang namja berdiri ditepian balkon dan menyandarkan badannya pada tiang pembatas di tepi balkon.
Namja itu menatap kosong keluar balkon.
Disana terlihat deretan bukit hijau dengan semburan cahaya mentari di tiap inci permukaan bumi itu.
rey na mengendap - endap menghampiri namja itu.
Saat ia tepat dibelakang namja itu, DAR!
rey-na mengejutkan namja itu.
Namja itu terlonjak kaget.
"rey na.. Kau mengagetkan oppa!"
rey na hanya terkekeh.
"bagaimana??" ucap hyung jun pada rey na dengan bahasa indonesia
"apanya bagaimana??" rey na menampakkan wajah muram, "korea ke Indonesia,, jauh oppa!!! aiesh..." tutur rey na dengan polos
"eh,, suratnya?" hyung jun menatap lekat wajah saeng-nya itu dengan wajah ganas.
rey na terkekeh, " yup!! i did it!! hyo jin itu cantik oppa!! tapi... coba kau lihat!! matanya bengkak, dia itu yeojha yang sangat kurus!!" rey na berdecak kasian pada hyo jin.
hyung jun agak terkejut, 'apa... apa yang terjadi padanya??!!" hyung jun bersikap setenang mungkin dihadapan saengnya itu.
"oia... surat apa yang kuberikan padanya oppa?"
"oh.. itu.. itu pembayaran hutang!! itu isinya uang..."
"APA!!!!!" rey na menatap oppa-nya itu dengan tatapan lebih ganas dari hyung jun yang tadi, ia melotot pada hyung jun, "aku jauh-jauh dari indonesia ke Korea, hanya untuk bayar utang!!!! pabo ya!!! zaman sekarang kan bisa..."
hyung jun mencela ucapan rey na, "yang ikhlas.... kan sekalian jalan-jalan.."
"aiesh!! lebih baik aku mengambil uang itu daripada aku berikan pada yeojha itu!!" rey na, merajuk lalu hilang dari hdapan hyung jun setelah memukul pundak oppa-nya.
************
'ku disini hyung jun.. tetap menanti kehadiranmu.. walau kau entah dimana.. di surga,, ataupun,, diujung dunia sana,, aku tetap menunggu dan mencintaimu'
************
'kau sudah milik orang lain,,, setidaknya,, aku disini.. berusaha untuk melupakan tentangmu.. memulai kehidupan baru,, tanpa harus terpikir atau membayangkan sosokmu yang dulu lagi... mencoba mencari pengganti dirimu..'



===== THE END=====
<< PART II  <<

No comments:

Post a Comment

after you read this, don`t forget to LEAVE comment~

Thanks For Visited :)