Wednesday, November 9, 2011

Did You Ever Love me? [Part II]

Title : did you ever love me part 1
Author : Song Hyo In
Cast :
han hyo jin
Kim hyun jun
kim jae joong

PART II
************
"chagiya... Kenapa kau diam?"tanya jaejoong, sesaat aku melamun mengingat'nya'
aku menoleh padanya dan melempar senyum gusar.
"ne?"
"hm... Eobseo... Kau melamun apa? Dari tadi, kau melamun saja.."tuturnya panjang lebar.
Gelagapan mencari jawaban, aku hanya melempar senyum andalanku.
Selalu begitu.
Senyum dingin padanya, walau itu tak membuatnya gusar dan merasa bersalah.
Hm.. Hyun jung.. Apa yang sedang kau lakukan?
"chagiya.."ia meraih tangan kananku dan menggenggamnya.
"eum?" aku hanya sanggup menunduk, tak mampu menatap matanya yang bisa membangunkan gejolak cinta yang biasanya dulu ia lakukan.
Ia mengangkat daguku dan menatapku lekat-lekat.
"bisakah kau memanggilku, 'chagiya'? Setidaknya nama kecilku yang sering kau gunakan untuk memanggilku?"
seberapa besar kau mencoba untuk membuatku jatuh cinta lagi padamu, aku akan tetap mencintai hyung jun!
Aku tetap mencintainya! Walaupun ada seorang jaejoong yang kucintai tapi hanya sekedar rasa iba.
Aku yeojha jahat.
Mianhamnida, hyung jun.
"chagiya?"jaejoong menyadarkanku dari lamunan tentang hyung jun..
Selalu begitu..
Padahal aku bersama dengan jaejoong... Tapi, segenap hatiku ada untuk hyung jun.
"ne.. Cha-gi, chagiya.."ucapku terbata-bata, sejujurnya aku tak mau memanggolnya seperti itu.. Tapi, apa daya.
Aku dilema.



************

=author's POV

jaejoong duduk disudut cafe. Ia menyesap secangkir kopi hangat, sambil menyapu pandangan keluar cafe. Saat seorang namja sudah berdiri diambang pintu, jaejoong melambaikan tangannya pada namja itu sambil melempar senyum.
Namja itupun menghampirinya dan duduk berseberangan dengan jaejoong.
"mianhae, jika mengganggu waktumu.." ujar jaejoong, dan menyeringai ramah.
"gwenchana.."jawab namja itu.
"hm.. Terakhir kali kita bertemu ditaman bersama hyo jin.. Bagaimana kabarmu?"ucap jaejoong basa-basi.
"baik.." hyung jun menyeringai ramah walau sorot matanya dingin pada jaejoong. "bagaimana hubunganmu dengan hyo jin?"
"baik.. Dan kami akan segera menikah"
hyung jun tak berekspresi. Tetapi, dalam dirinya ia terguncang hebat. Ia mencoba tersenyum, tapi senyum itu tak bisa dijelaskan, itu senyum senang atau kesal.
"oh,, chukkae.." ucap hyung jun.
"kamsahamnida"jaejoong melempar senyum licik.
"tapi,, mianhae... Sebenarnya kamu memanggilku kenapa?" tanya hyung jun, mungkin ia ingin segera pergi dari tempat itu.
"hm... Aku bisa minta tolong padamu?"tanyanya dengan wajah memelas.
"hm? Mwo? Apa yang bisa kubantu?"tanya hyung jun, kebingungan.
"apa kau bisa mengatakan pada hyo jin bahwa.." ia menarik napas lalu agak canggung ia melanjutkan kata-katanya "bahwa kau sudah memiliki yeojhachingu?... Maksudku, dia selalu memikirkanmu.. Ia kasian padamu karena kau belum memiliki pasangan.. Dan berharap jika kau datang dengan seorang yeojha di acara pernikahan kita?"

************
=hyo jin's POV

malam ini... Melelahkan... Dari tadi pagi, aku mengurusi semua keperluan menikah...
"huuueft.." desahku, sambil menapaki tiap anak tangga ke kamar apartemenku.
hidup ini semakin kejam, tanpamu hyung jun...
Sampai dipuncak anak tangga, aku tidak menyadari bahwa ada seseorang yang berdiri dibalik dinding, tepat disampingku saat berdiri dianak tangga tertinggi.
Dia hyun jung.
"hei.. Kamu dicari jae rii... Dan dia mengajak kita ke kafe.."tuturnya sambil menyeringai ramah padaku, seperti tetangga yang harmonis.
ku lihat lekukan wajahnya.
Ada lingkaran hitam di bawah matanya, matanya agak sayu, dan tubuhnya agak kurus.
Aku merindukannya,, dan kini ia dihadapanku
Ada apa denganmu hyung jun? Apa... Kau seperti ini karena aku?
"hyo jin.." panggilnya sambil menggoncangkan tubuhku lewat tangannya yang mendarat di bahuku.
Dia menyentuhku lagi..
Aku pun tersadar dari lamunan, "ne? Ottokhe?"tanyaku gelagapan.
"hm.. Kita ke kafe.. Jae rii mengajak kita.."tuturnya sambil menyeringai "katanya sebagai tanda selamat kau akan menikah dengan hyung jun"
mendengar itu terasa ada yang menggoncang tubuhku, seperti rohku ditarik keluar dari jasadnya! #kyak author pernah ngerasain aja :P
dia sudah tau?? Dari siapa!
Tapi dari sikapnya,, ia tak sedih. Ia merelakanku?!
"ne.."jawabku canggung.
Jujur, aku menyesali sikapnya itu tapi bagaimana!! Aku bukan siapa-siapanya.

************

=author's POV
"Hyo jin... Sini.." panggil seorang yeojha disudut cafe, tepat bersebelahan dengan kaca jendela cafe.
Hyung jun dan hyo jin segera menghampiri yeojha itu.
Hyung jun duduk bersebelahan dengan jae rii , tapi berseberangan dengan hyo jin.
"chukkae.. Ya, hyo jin.. Akhirnya, kau menikah juga!"ucap jae rii dengan mata berbinar - binar, bahagia.
Hyo jin agak terkejut, tapi ia melempar senyum andalannya.
"chukkae ya hyo jin.. Semoga kalian menjadi pengantin yang bahagia" tutur hyung jun sambil menyeringai pada hyo jin.
"heh.. Dia aja belum nikah kok!"sahut jae rii, mencubit pipi hyung jun.
Hyo jin yang melihat sikap jae rii ,terkejut.
"ah iya,, karena hyo jin bahagia,, akupun tak luput dari rasa kebahagiaan yang tak terkira..."tutur jae rii panjang lebar, tapi membuat hyo jin malah kebingungan.
"wae?"
"aku dan hyung jun jadian"ucapnya lalu memeluk lengan kanan hyung jun erat, dan hyung jun membalasnya dengan mengacak rambut jae rii sambil menyeringai.
Hyo jin terbelalak.
Jelas, dari wajahnya hyo jin begitu terkejut. Dirinya benar - benar terguncang pada apa yang baru terjadi.
Ia mencoba tersenyum tapi gagal, itu membuatnya menitikkan air mata. Dan sebelum itu disadari jae rii,
"mianhae.. Aku mau kebelakang..."
jae riipun tersenyum pada hyo jin sebagai isyarat mengizinkan. Sedangkan hyung jun hanya menyungging senyum tipis.
Hyung jun melihat tetesan air mata yang mengalir dipipi yeojha yang dicintainya itu.
Hyung jun bisa membaca sorot mata yeojha itu -hyo jin-.
'mianhae, hyo jin.. Biarlah kau merasakan setitik perih yang kurasakan karena hidupku tanpa dirimu' gumam hyung jun.
=hyo jin's POV
kau mencampakkanku!!
Kau mendua...
Sial,, aku baru sadar! Aku yang membuat semua ini terjadi! Aku sendiri yang membuatku menderita!
Tuhan.. Kapan kau ada dipihakku...?
Aku hanya mampu menyesalinya didalam hati.. Hanya mampu meneteskan air mata sebagai pelampiasan... Hanya mampu...
Aaargh..! Maafkan aku hyung jun!
Aku membenamkan wajahku pada kedua tanganku, sambil terisak didalam kamar mandi.
Saat itu juga, wajah jaejoong terbayang dalam benakku.

=flash back start=
"chagiya... Gomawo,, kau masih ada untukku"ucap jaejoong lirih dan terengah-engah.
Ada pipa yang terhubung pada hidungnya.
"ne.. Bangunlah chagi.."ucapku lirih, sambil terisak menatap lekat pada namja yang lemah, berbaring diatas ranjang ini -jaejoong-
"aku.. Saranghaeyoo.."ucapnya lirih dan berat, wajahnya yang sayu, bibirnyapun kering.
Berbeda dengan jaejoong yang biasanya.
"ne.. Aku tahu,, dan berhenti bicara... Kau harus istirahat chagiya.."ujarku lirih. Aku mengelus pipinya dan hanya sanggup melempar senyum 'cepat sembuh'
Ia menyeringai tipis.
"kau mencintaiku?"
diam. Aku tak bisa menjawabnya, tapi sesosok ibu yang bersebrangan duduk dihadapanku berharap padaku. Aku pun menoleh pada wajah jaejoong,
lihat wajahnya?! Aku tak tega.
"ne,, nado.. Jeongmal saranghaeyoo.."ucapku terpaksa.
Yeojha separuh baya itu tersenyum padaku.
"kalau begitu... Kau mau menikah denganku?"tanyanya, ia menggenggam tangan kananku, dan ia menatapku lekat-lekat
bingung. Apa yang harus kukatakan?!
Dan saat itu, sorot mataku mengarah pada oemmanya yang menampakkan wajah memelas, memohon padaku.
Apa aku tega?
Aku mengangguk, dan berkata "i will"

=flash back end=
aku merusak hidupku?!
Semua itu karena aku!
Aku tak bisa menyesalinya! Melainkan,, menjalaninya...
Hm.. Apa aku bisa?
Dengan gontai, aku ke wastafel dan mencuci muka.
Memperhatikan wajahku yang basah.
Aku semakin kurus, ada lingkaran hitam dibawah kelopak mataku.
Aku terlalu sibuk membahagiakan orang lain dan melupakan diriku sendiri.
Dan kini wajah hyung jun yang menyelip di benakku.
Sekarang... Dia milik orang lain.. Jae rii miliknya...
Tapi, kenapa jae rii?! Dia sahabatku sendiri!! Dia tau tentang hubungan kita.

=flash back start=
"chagiya... Gomapta.." ucap hyung jun padaku sambil tersenyum.
Ia merangkulku.
Aku hanya membalas dengan senyum.
"chagiya... Hubungan kita... Jangan kasih tau siapa-siapa ya?"ucapku.
Aku takut, jika ada yang beranggapan macam - macam... Apalagi karena kita satu apartemen,, dan kamarnya bersebelahan.
"backstreet?" tanyanya menyakinkan.
"ne.. Ottokhe?"
"hm.. Ok.. Gwenchana,,"jawabnya. "tapi,, apa gak sebaiknya gak usah?"lanjutnya yang tidak setuju
"bukan begitu... Aku- pokoknya.. Jangan kasih tau siapa-siapa.. Kita backstreet?!"
ia menghembus kan napas panjang, lalu mengangguk dan memelukku.

=flash back end=

selicik itu ia,, jae rii...
Selama ini aku mempercayaimu sebagai sahabatku. Tapi, ini balasannya?
Kenapa aku memutuskan backstreet waktu itu!!
Yeojha pabo!
Aku asik menghakimi diri sendiri, tiba-tiba ponselku berdering.
"annyeong?... Hm, ne.. Gwenchana... Aku lagi dapet bulan..."setelah itu aku segera keluar dari kamar mandi dan berjalan mengarah ke meja, tempat sepasang kekasih sedang berkasih.
Melihat itu, aku hampir lupa, seberapa sedih penyesalan -penyesalan tentang hyung jun- yang ku rasakan.
"mianhae... Aku lama di kamar mandi.. Ada masalah,, aku dapet bulan... Apa aku bisa pulang duluan?" tuturku sambil menggemas perutku sendiri,
berbohong... Demi kebaikanku..
Untuk apa meratapi hidup!
Jae rii pucat, "gwenchanayoo?"
aku menyeringai, "gwenchana... Tapi, aku harus pulang.."
"hm.. Baiklah.."ucap jae rii.
"biar kau pulang bersamaku. Aku takut ada apa-apa dijalan."sahut hyung jun.
Aku tak tau apa yang terbesit di otaknya. Jelas-jelas ada jae rii, seharusnya ia yang mengantarnya pulang.
Hm.. Seorang hyung jun yang bisa membaca tentangku, mungkin tau kalau aku berbohong... Tapi, ottokhe?
"anio... Jae rii sendiri.. Kau yang mengantarkannya pulang"ucapku, membantah
"aku bisa pulang sendiri, aku bawa mobil"
apa aku bisa menolak lagi?
"baiklah.." ucapku lirih.
Akhirnya, kami bertiga berpisah di parkiran.
Aku dan hyung jun menuju halte.
Diam. Diantara kami tak ada yang berani memulai pembicaraan.
Sampai pada akhirnya, kami berdua duduk dibangku halte.
Hanya kami berdua.
"huuueft..."desahnya, "malam yang dingin... Dingin seperti hatiku"lanjutnya lirih tapi menurunkan volume suaranya diakhir kalimatnya.
=hyung jun's POV
andai kau tahu.. Hati ku telah membeku
terlalu dingin untuk disentuh yeojha lain
aku tahu, sikapku dingin pada jae rii. Tapi, apa yang harus kulakukan?
Jae rii menyukaiku.
Jaejoong yang memintaku, dan kupikir itu akan lebih baik. Walaupun, akan membuat jae rii terus meminta cintaku...
Entah.. Dia mendengar apa tidak, aku mengatakannya sebagai pelampiasan... Bebanku terlalu berat.
Dan mengingat besok.. Besok ia akan menjadi pengantin wanita, menjadi milik orang lain.. Menjadi milik jaejoong seutuhnya.
"ah.. Itu bisnya" celetukku, saat hyo jin menunduk dan tenggelam dalam diam, entah apa yang dipikirkannya.
Aku pun rileks meraih tangannya dan menariknya masuk.
Saat kami akan mengambil bangku, sopirnya berseru "kalian lagi.. Kalian jangan pacaran disini.. Sampai aku juga lupa kalau kalian disini! Jangan tidur dibis lagi"
aku terbelalak hampir tertawa tapi, mengingat hyo jin bukan yeojhachinguku dan telah mencampakkanku. Aku menahan tawa, atas kejadian itu.

=flash back Start=
kami -hyo jin dan aku (hyung jun)- baru pulang dari kantor masing-masing dan sudah bersepakat untuk pulang bersama. Tentunya ritual setiap akhir pekan malam, sebagai sepasang kekasih.
Kamipun menunggu di halte.
"dingin.."lirihku, sesaat angin malam menyentuhku sampai menusuk ke tulang-tulangku walaupun aku mengenakan jaket tertebal yang ku miliki. "tapi.. Akan hangat jika tetap bersamamu" ucapku pada hyo jin.
Ia tersipu malu, sampai semburat - semburat merah muncul dipipi-pipinya.
Ia pura-pura meninju lenganku, dan pura-pura menamparku karena malu ditatap olehku. Aku hanya terkekeh melihat tingkahnya.
"ah.. Itu bisnya, chagiya!"seruku. Lalu menyeretnya masuk kedalam bis.
"aiesh.. Sepi.. Seru nih"ucapku saat aku berdiri di depan bis tepat disamping supir
"kalian jangan macam-macam disini"
aku hanya terkekeh.
Lalu mengambil posisi paling belakang, disudut kanan bis.
Saat itu, kami saling melempar lelucon, menceritakan pengalaman saat dikantor, ataupun fenomena yang terjadi hari ini. Kami saling tertawa lepas, melupakan beban yang sedang menanti untuk diselesaikan.
Sampai akhirnya, hyo jin tertidur, kelelahan.
Aku menarik tempurung kepalanya untuk ku sadarkan dibahuku.
Aku akan tetap mencintaimu.. Bagaimanapun juga.
Aku yang telah menjemputmu dalam hidupmu yang sedih. Tapi, kuharap kau akan membalas cintaku ini..
Aku yang benar-benar kelelahan... Juga ikut tertidur.
************
aku terbangun karena hyo jin menggoncang tubuhku.
"aiesh... Waeyoo?"ucapku, sambil mengucek kedua sudut mataku.
Aku pun menguap.
"lihat kita sudah dimana!"seru hyo jin dengan wajah panik.
Akupun rileks menyapu pandangan keluar jendela bis.
"aigoo... Supiiiiiiir! Stop!" teriakku
dan bis itupun langsung berhenti seketika. Membuatku dan hyo jin hampir terlempar dari kursi.
"ya! Kenapa kita bisa disini sopir?!" geramku, sambil berlarian kesopir.
"aah.. Kalian kapan naiknya!"bantah sopir itu
"eh? Aku naik dari halte di senorita!"
"mwo? Jinjja?" sopir itu terdiam sebentar, mungkin sedang mengingat-ingat. "ah.. Iya.. Kenapa kalian diam saja! Aku mau mengantarkan bis ini.."
"aigoo... Terus halte lucifer, dimana?!"teriakku pada sopirnya.
"salah kalian.. Kenapa bisa diam-diam di bisku!..." sopir itu melotot bergantian padaku dan hyo jin, "kalian mesum di bisku yah"
"heh! Kita ketiduran..! Kecapekan kerja!" sahut hyu jin dengan wajah garang
kadang hyo jin bisa mengerikan dari pada siapapun.
Nyali sopir itupun menciut, "ah.. Mianhae... Halte lucifer ada di 2 blok sblum ini"tuturnya dengan wajah ketakutan.
Aku hanya bisa terkekeh dalam hati.
Akhirnya, kami terpaksa jalan malam untuk pulang ke apartemen.
Ditemani canda tawa... Mengingat bagaimana wajah supir yang ketakutan.
Kami tertawa lepas.
Disaat itu pun juga aku bisa sembunyi - sembunyi meliriknya saat tertawa.
Ialah makhluk terindah yang kumiliki saat ini.
Ku ingin memilikimu seutuhnya.
eeergh... Yeoppo
Saat aku bersamamu, aku bisa melupakan semuanya
Waktu terus berjalan tanpa kusadari.
Malam yang mencekam, menjadi indah saat ditemani senyumnya, tawanya.
Ini sudah cukup wujud surga yang ku dambakan.
Jeongmal saranghaeyoo, hyo jin.
=flash back end=

saat seruan sopir itu aku baru sadar, lalu melepas genggamanku pada tangan hyo jin.
Sikap canggung merasuk kami.
Ia hanya menyeringai lalu duduk dikursi paling depan disudut kiri, sedangkan aku paling belakang disudut kanan.
Saat itu tak ada penumpang selain kami.
Bis itupun mulai melaju... Aku hanya bisa memperhatikan yeojha itu dari belakang.
Ia mengintip keluar bingkai jendela bis.
Hm.. Andai kau masih milikku.
Hyung jun! Sadarlah! Ia mencampakkanmu! Kenapa kau masih mengharapkannya!
Entah kenapa, masih ada sisi untuknya... Sisi khusus untuknya... Walau ia telah meninggalkanku, aku tetap berharap... Berharap atas cintanya akan kembali padaku.
tapi, selama ini aku belum mencoba untuk mengembalikan semuanya.
Mengembalikan hyo jin padaku.
Apa harus sekarang?

=author's POV
hyo jin bersandar di punggung kursi bis, ia terus memandang keluar jendela. Tanpa disadarinya ia menitikkan air mata,,
entah apa yang dipikirkannya.
Ia memeluk dirinya, seperti sedang meratap, menyesal.
Sedangkan hyung jun hanya bisa melihat ke sosok hyo jin dari kejauhan,, entah apa yang ada dipikirkannya.
Bis itu hampa, hening.
Saat menembus malam yang semakin larut.#author masih pabo, l' buat kata" yg gitu" (?) belum berpengalaman :P
************
"ya! Supiiir... Kelolosan!! Kita dimana ini!!" teriak hyung jun dari belakang kursi penumpang.
Ia baru tersadar, saat supir mengerem mendadak. Tadinya, ia terbuai dalam sosok hyo jin.
Ia berlarian kecil kearah supir diantara deretan rapi kursi penumpang di dalam bis.
Sekali lagi, bis itu mengerem mendadak.
"eh? Kok? Ya! Kau lagi! Ku kira kau sudah turun tadi!!"seru supir dengan wajah garang.
Hyung jun menoleh kearah tempat duduk hyo jin tadi, hyo jin tak ada.
"eeergh.. Mana yeojha yang tadi datang denganku?"tanyanya panik
"ah? Yang mana?"
"yang itu.. eeergh!!!" hyung jun gemas sendiri.
lalu ia menyapu pandangan ke setiap kursi yang berderet rapi disana
disudut kiri kursi paling depan, ada tempurung kepala yang terlihat.
'ah.. itu dia!' gumam hyung jun lalu ia menghampiri sosok itu.
hyo jin melamun, sebab matanya tetap terbuka dan terpaku pada sesuatu -entah apa itu- dari balik jendela.
"hyo jin gwenchanayoo?"dengan canggung hyung jun meraih tangannya.
hyo jinpun sadar pada dunia nyata
"ya! apa yang kau lakukan!"seru hyo jin panik dan ketakutan dengan setengah berteriak. hyung jun memperhatikannya lekat.
"ah.. kau"ujar hyo jin lirih saat sadar. ia bernapas lega."wae?"
hyung jun menatapnya bingung, "apa yang kau pikirkan?"
hyo menggeleng tapi menunduk "eobseo"
"kita harus pulang..kajja"hyung jun meraih tangan hyo jin lalu menghampiri supir
"iesh... Kenapa selalu dengan bis ini, kita kelolosan!!"rutuk hyung jun, sambil menuruni anak tangga bis dan tetap menggenggam erat pergelangan tangan kiri hyo jin.
Sedangkan sopir hanya sanggup berceloteh dalam hatinya, karena mungkin ketakutan membayangkan wajah hyo jin yang mengerikan saat marah -mengingat insiden dulu-.

Hyo jin pasrah diseret hyung jun seperti itu.
"untung aku tahu jalan ini! Hanya dua blok dari sini..."tutur hyung jun, menyeringai sambil menyusuri trotoar di tepian deretan pertokoan.

=hyung jun's POV

"untung aku tahu jalan ini! Hanya dua blok dari sini.." ucapku syukur.
Bagaimana aku tidak mengingatnya? Ini persis saat itu. -inget flash back-
aku menoleh kebelakang, kearah hyo jin.
Aku melihat hyo jin diam, pasrah diperlakukan seperti itu.
Mungkin dia kesakitan karena genggamanku itu. Sehingga, rileks aku melepasnya.
"mianhae.." ucapku lirih dengan wajah agak khawatir.
************
kamipun diselimuti sikap canggung. Tak ada yang memulai percakapan.
Hyung jun jalan terdahulu, sedangkan hyo jin mengekor dibelakangnya.

Jujur, aku bosan seperti ini.

Ya! Hampir saja aku menabrak tiang lampu jalan sebelum aku sadar melihat kedepan. Karena sejak tadi otakku telah dirasuki pikiran - pikiran kesal, menyesali semua kejadian yang tak sanggup diterima oleh batinku #apa-dah =author numpang gaje=
BRAK
dari belakang aku mendengar suara dentuman. Saat itu juga aku menoleh kebelakang.
Disana, dari jarakku beberapa langkah dibelakangku, hyo jin terjatuh.
"ah.. Waeyoo?!"seruku sambil berlarian kearahnya.
"gwenchanayoo?" tanyaku khawatir sambil mengecek tangan lalu ke kakinya.
"gwenchana.." ucapnya lirih lalu berusaha bangun dengan bantuanku.
"ow!"hyo jin meringis lalu terjatuh lagi sambil memegangi lututnya.
"aah,, waeyo? Kenapa kau bisa jatuh?"
"aku menabrak tiang lampu dan.. Kakiku sepertinya terkilir" tuturnya panjang lebar sambil memijit pelan lututnya.
Aku hanya terkekeh dalam hati.
"naiklah.." ucapku, dalam posisi berjongkok didepannya.
Hyo jin ragu dan masih tetap dalam posisinya.
"cepat naik?! Malam semakin larut! Kita harus pulang secepatnya!"ujarku
dan akhirnya hyo jin naik diatas punggungku.
Akupun beranjak berdiri.
dan lagi! kami canggung! ia membenam wajahnya dibalik punggungku. sedangkan aku, berusaha melangkahkan kakiku.
"hyo jin, gwenchanayoo?"tanyaku, seperti berbisik
"ehm,,"
apa lagi yang harus ku tanyakan?
kenapa ia tetap diam!!
eergh
"ya! awas pabo!"teriak hyo jin dari belakang, mengagetkanku.
ternyata dihadapanku ada tong sampah.
aku bernapas lega.
untung saja ia memperingatkanku.
huuft..
"eh? pabo" rutukku
ia terkekeh.
"kau enak saja mengataiku pabo!"seruku, kesal
"tong sampah sebesar itu kau tidak melihatnya"sahutnya,tegas
"eh? kau yang menabrak tiang lampu sebesar dan setinggi itu. kau tidak melihatnya? mana lebih pabo dari aku?!"seruku, dengan bangga.
ia diam karena malu. aku langsung tertawa lepas -setidaknya agar suasana bisa jernih dari kecanggungan- dan saat itu juga iapun tertawa.
"oh iya, apa kau melihat wajah supir tadi?" aku berdecak heran. "ia benar-benar ketakutan saat insiden itu terjadi lagi..!" aku terkekeh, sedangkan ia terkekeh ragu sampai akhirnya ia canggung dan diam. mungkin ia merasa tersindir, tapi memang itu maksudku.
"hyo jin?"
"eum?"
"sebentar lagi kita sampai"
dia tak menjawab, hanya mengangguk samar, ragu.
tapi, aku harus mencoba!! mencoba mengembalikan semua ini seperti dulu.. menjadikan ia menjadi milikku lagi seutuhnya.
"hyo jin?"

TO BE CONTINUED

Next Part >> Did You Ever Love me? [Part III]

No comments:

Post a Comment

after you read this, don`t forget to LEAVE comment~

Thanks For Visited :)